Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, Namun jika digunakan dengan baik, sekali saja sudah cukup.

Saturday, 15 November 2014

#Tuhan…Peluk aku#

16:42 Posted by dhiny dewantara
#Tuhan…Peluk aku#
Sebelum semua menjadi panjang, mari kita introspeksi terlebih dahulu. Siapa manusia di dunia ini yang tidak pernah berbuat kesalahan? Mencari manusia yang tidak pernah salah sama halnya mencari manusia yang hidup di dalam air, hampir sudah dapat dipastikan tidak ada. Sehebat dan sebaik apa pun manusia pasti pernah berbuat salah. Tidak ada manusia yang putih bersih seperti kertas dan mulus sehalus sutra. Semua pasti ada “celahnya”, karena bagaimana pun tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan kita tahu, bahwa nabi atau pun rosul yang disebut sebagai manusia terbaik diantara manusia yang baik pun tidak terlepas dari yang namanya salah.

Manusia diciptakan dengan dua potensi besar dalam dirinya, yaitu potensi untuk berbuat baik (taat) dan potensi untuk berbuat buruk (melanggar). Memang benar, bahwa manusia adalah mahluk yang paling sempurna jika dibandingkan dengan mahluk ciptaan tuhan yang lainnya. Hal ini terlebih karena kita diciptakan dengan akal, hawa nafsu, dan berserta kelebihan-kelebihan yang kita punya. Namun kelebihan yang dimiliki ini tidak lantas membuat kita (manusia) menjadi sempurna. Karena adakalanya sifat manusia yang dinamis membuatnya berubah-ubah. Pada satu waktu potensi untuk berbuat baik terkadang akan melemah sehingga terbuka lah kemungkinan potensi untuk berbuat buruk yang lebih besar. Saat itu terjadi maka terciptalah kesalahan atau keburukan dari manusia.

Kesalahan atau keburukan yang diciptakan ini adalah masalah. Sekali lagi sebuah keniscayaan apabila ada manusia di dunia ini yang tidak mempunyai masalah (baca pernah berbuat salah). Apabila ada, tunjukkan kepada saya dan saya akan berguru kepadanya (sayang itu tidak akan pernah terjadi, karena tidak akan ada manusia seperti itu). Manusia memang sangat rentan terhadap perbuatan salah. Tapi yang terpenting bukanlah karena kita pernah salah, melainkan bagaimana kita memperbaiki kesalahan itu sendiri. Menjadi yang terbaik itu penting, tapi akan lebih penting untuk menjadi yang lebih baik. Tidak peduli kesalahan apa yang pernah kita lakukan (sebesar apa pun itu), yang terpenting kita harus memperbaikinya. Seperti halnya fitrah dari masalah yang harus dicari solusinya. Dan solusi atas kesalahan adalah tobat, berhenti melakukannya dan berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi.
Lantas apakah tuhan akan menerimanya? Itu bukan wilayah kita, itu bukan ranah kita. Kewajiban manusia adalah bertobat sedangkan hak untuk menerima atau menolak adalah urusan tuhan.

Terkadang kita sebagai manusia terlalu sombong, kita terlalu sombong untuk mengakui kesalahan yang telah kita perbuat. Terkadang kita terlalu sombong karena memiliki akal yang seolah-olah tanpa batas. Kesombongan intelektual yang kemudian meniscayakan sebuah kesalahan karena menganggap kita masih yang hebat. Padahal ilmu yang kita miliki hanyalah setetes air diantara luasnya samudera (ilmu tuhan). Terkadang Kita sombong seolah masih akan memiliki waktu dan kesempatan untuk bertobat di lain hari. Seolah-olah akan hidup seribu tahun lagi. Padahal kita tidak pernah tahu tentang rahasia usia manusia. Kadang kita lupa atau bahkan sengaja melupakan, bahwa waktu terus berputar. Pagi menjadi malam, hari menjadi minggu, dan bulan menjadi tahun. Tanpa kita sadari waktu terus berlalu sampai batas waktu akan bertemu. Kata-kata bijak mengatakan “kamu tidak perlu menunggu waktu yang tepat untuk berubah, karena kematian tidak akan menunggu kamu untuk berubah”.

Lantas masih pantas kah kita menyombongkan diri? Jika usia, kecerdasan, waktu, atau apa pun yang kita miliki tidak layak untuk disombongkan. Lantas masih pantas kah kemudian kita merasa benar? Merasa tidak mempunyai kesalahan sedikit pun? Tuhan, jika itu yang terjadi, tunjukkanlah jalanmu, engkau adalah penguasa hati manusia. Aku sadar, bahwa aku bukanlah orang ‘baik’. Banyak sekali kesalahan yang sudah aku perbuat. Pada titik ini aku meminta, tolong ‘peluk’ aku. Aku tahu tidak ada yang lebih menenagkan dari pada bisa lebih dekat denganmu. Tidak ada yang lebih menyenagkan dari pada dapat bermunajat kepadamu.

Sekarang aku tahu kegelisahan jiwa, kegundahan hati, dan ketidak tenangan dalam hidup terlebih karena banyaknya kesalahan yang telah aku perbuat. Dan jika itu terjadi kepadamu maka lihatlah kembali seberapa dekat antara kamu dengan tuhanmu. 
0 Comments
0 Comments
Comments