Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, Namun jika digunakan dengan baik, sekali saja sudah cukup.

Sunday, 2 November 2014

“Tuhan, aku ingin menjadi biasa...”

08:49 Posted by dhiny dewantara


“Tuhan, aku ingin menjadi biasa...”
Hidup adalah sebuah perjalanan  panjang dan berliku. Sebuah perjalanan yang penuh akan kemisteriusan. Dalam hidup ini kita tidak pernah tahu apa yang ada di depan kita. Kita tidak tahu, apakah akan menghadapi gunung dan mendaki, ataukah kita akan bertemu dengan sungai dan mengarunginya. Kita juga tidak pernah tahu apa yang akan terjadi, esok, nanti, atau bahkan satu detik kedepan, kita tidak tahu. Kita pun tidak tahu apakah masih akan dapat bersua lagi dengan hidup atau tidak. Ketidak tahuan inilah yang kemudian membuat kita (sebut manusia) menjadi kecil dan tak berdaya di hadapannya (tuhan) yang maha perkasa dan maha tahu akan segalanya. Kami memang tidak tahu semua tentangmu dan rahasiamu, tapi yang kami tahu engkau adalah maha di atas yang maha, tuhan. Engkau adalah pemilik dari segalanya, dunia seisinya dan bahkan semua tata surya, engkau yang berkuasa. Kami juga tahu engkaulah yang maha menentukan segalanya tuhan. Jodoh, umur, takdir,  semua engkau yang menentukan. Kami boleh berencana, tapi tetap rencanamu adalah yang terbaik tuhan (Allah is the best of planners). Kami tahu itu..dan satu yang lebih kami tahu, engkau adalah maha pengasih lagi maha penyayang, engaku juga maha mendengarkan segala do’a hambamu. So, please dengarkan suara hati hambamu yang kecil ini.
Terkadang hambamu merasa, jalan hidup yang engkau berikan ini terlalu berat tuhan. Bahkan sesekali terlintas, ini semua tidak adil. Kenapa harus aku..??kenapa..??. Aku tahu engkau tidak akan memberikan cobaan melebihi dari kemampuan hambamu. Aku juga tahu, orang-orang yang engkau coba lebih, adalah orang-orang terpilih dan kau anggap mampu. Namun sekali lagi, kenapa aku..??kenapa tidak yang lainnya..??kenapa..??jawab tuhan..please..memang engkau tak pernah menjanjikan hidup ini mudah, tapi engkau berjanji akan selalu ada disisi kita kan? Engkau ada dekat, bahkan lebih dekat dari nafas dan denyut nadi kami. So..please jawab tuhan..jangan biarkan hambamu berkelana dalam pikiran liar yang kami ciptakan. Bahkan kalau pun hamba boleh meminta, hamba hanya meminta dalam setiap do’a ‘aku ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja, kalau hamba boleh memilih hamba tidak mau menjadi yang terpilih’. Aku tahu ini konyol, karena aku tahu engkau adalah maha pengatur segalanya, jadi mana mungkin engkau mau di atur. Apalagi diatur oleh hambamu yang kecil ini. Namun, please dengarkan permintaanku ini tuhan. Kalau pun ini adalah sesuatu yang salah, maka tunjukkanlah jalan yang benar. Kepada siapa lagi aku akan berkeluh kesah dan mengadu ini semua kalau tidak dengan engkau yang maha mendengar dari para pendengar yang ada. Kepada siapa lagi aku akan bersimpuh dan menyandarkan kepala jika tidak ada yang lebih luas dan lapang dari kebesaranmu tuhan.
Aku tahu, di tengah keragu-raguan ini terdapat sebuah kepercayaan yang mendalam terhadapmu. Karena aku tahu, aku merasa ragu karena aku bisa merasa percaya. Seperti halnya aku dapat mengetahui gelap kerana aku tahu ada cahaya dan terang. Aku percaya tuhan, engkau tidak akan membiarkan hambamu begitu saja, karena aku tahu engkau amat mencintai ciptaanmu. Begitu juga seharusnya aku harus mencintaimu dan bersyukur atas apa yang telah engkau berikan. Aku tahu, engkau tidak memberikan apa yang kita inginkan melainkan memberikan apa yang kita butuhkan. Aku tahu tuhan, ketika aku meminta menjadi orang yang kuat maka engkau memberikan masalah yang aku butuhkan untuk menjadi kuat. Aku tahu..jadi tidak adil rasanya jika aku hanya bisa mengeluh dan meminta, walaupun memang itu tidak salah dan wajar karena kepada siapa lagi aku akan mengeluh dan meminta jika tidak kepadamu. Tapi sekarang aku tahu, nikmat hidup yang engkau berikan begitu luar biasa tuhan. Diantara ribuan bahkan jutaan sel, engkau memilihku untuk menjadi pemenang dan berhak atas nikmat hidup yang tidak didapatkan oleh sel-sel lainnya. Engkau memberikan apa yang aku butuhkan untuk hidup. Engkau memberikanku oksigen sehingga aku bisa bernafas, engkau memberikanku sumber makanan sehingga aku bisa bertahan hidup, dan bahkan engkau memberikanku malaikat yang akan senantiasa menjagaku, IBU. engkau memberikanku segalanya, bahkan memberinya dengan Cuma-Cuma tampa aku harus memintanya tuhan. Nikmat yang engkau berikan dan yang telah aku nistakan itu luar biasa besar tuhan.
Aku tahu sekarang tuhan, jawaban dari semua pertanyaanku tadi hanyalah satu, BERSYUKUR. Dan engkau telah menjawabnya dengan cara yang sangat halus tanpa aku sadari. Dan ketika aku menyadarinya, aku tahu betapa engkau mencintai hambamu ini. hidup ini adalah kepingan-kepingan puzle yang apabila disatukan akan menjadi sesuatu yang indah. Terkadang aku dengan segala keterbatasanku menganggap ini semua tak adil, namun sekarang aku sadar ini begitu adil. Maafkan hambamu ini tuhan, yang hanya melihat semua dengan sebelah mata. Hanya melihat sakit diantara sehat, hanya melihat sedih diantara bahagia, hanya melihat derita diantara nikmat, hanya melihat titik hitam di atas putih yang begitu luas. Dan bahkan ketika aku hanya merasakan sakit dan derita dalam hidup, aku percaya dengan janjimu bahwa akan ada nikmat yang lebih kekal diakhirat. Aku percaya itu tuhan, karena engkau tidak akan pernah ingakar dengan janjimu. Sekali lagi maafkan hambamu ini tuhan, karena telah menistakan nikmatmu.
Sebenarnya malaikatmu (sebut IBU) sudah mengajarkan dan mengingatkanku, tapi mungkin aku tidak menyadarinya. Ibu pernah mengajarkanku memasak, dia memintaku mengambil telur, terigu, mentega, dan gula. Setelah itu beliau memintaku untuk mencoba rasanya telur. Hambar, amis, dan pasti tidak enak. Setelah itu ibu memintaku untuk mencicipi rasanya terigu, hambar. Tidak berhenti disitu, ibu memintaku mencoba rasanya mentega, asin, manis, aneh. Setelah itu ibu bertanya kepadaku “bagaimana rasanya ketiga benda itu? Aku dengan tegas menjawabnya ‘gak enak’..”. baik, sekarang kamu cicipi gula, bagaimana rasanya? Aku pun menjawab ‘manis, enak’. Oke, baik sekarang kita olah semua bahan itu. Setelah semua bahan itu dicampur dan diolah, jadilah sebuah roti. ‘sekarang kamu coba rasanya, bagaimana? Enak, bahkan lebih enak dari sekedar gula saja. Ibu pun berkata, inilah perumpamaan hidup nak, jika kita hanya melihat hidup dengan cara sepotong-sepotong (masalah saja: mentega, telur, dan terigu, atau nikmat saja: gula) maka rasanya tidak enak. Namun jika kamu mampu melihatnya secara utuh maka rasanya akan menjadi lebih nikmat dan sedap, bahkan lebih sedap dari sekedar nikmat saja. 
Sekali lagi terima kasih atas segala nikmatnya tuhan..dan sekarang aku ralat perkataanku di atas “Tuhan, aku ingin menjadi yang terpilih”...
0 Comments
0 Comments
Comments