“Kembali”,
itulah pesan yang ingin disampaikan oleh gambar di atas.
Kembali?
kemana? kepada siapa?
Saat
ini, bisa jadi kita masih sama-sama berpijak pada satu tempat yang sama, yang
kita sebut dengan bumi. Kita masih menginjak tanahnya, menghirup udaranya dan
menatap biru indah langitnya. Kita masih dapat berkumpul bersama dengan
keunikan dalam diri kita masing-masing. Aku, kamu, dan dia berbeda. Ada yang
kaya, miskin, pejabat, rakyat, dan semua peran kita di dunia yang lainnya. Sampai
akhirnya, satu waktu dimana salah satu atau salah semua diantara kita akan
“kembali”. Kembali pada asal kita sebagai sebuah mahluk yang akan siap sedia kapan
pun, ketika yang mencipta meminta untuk pulang dan kembali kepadanya. Meminjam
kata-kata dari salah satu pimpinan KPK ketika akan diperiksa oleh BARESKRIM
beberapa waktu yang lalu, “saya pergi untuk kembali”. Itu lah sejatinya kita
sebagai manusia, bahwa kita pergi ke dunia ini dengan tujuan untuk kembali pada
yang menciptakan, yaitu tuhan. Saat ini kita boleh berbeda dengan segala
keunikan dan dengan segala sesuatu yang melekat dalam badan kita, namun ketika
kita terpisah dari soma (badan) yang sementara ini, maka kita sama dimata
tuhan. Pada saat itu yang menjadi pembeda hanyalah amal kita di dunia. Proses
kembali ini lah yang kemudian kita sebut dengan “kematian”, jalan terindah
untuk pulang.