Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, Namun jika digunakan dengan baik, sekali saja sudah cukup.

Wednesday, 1 October 2014

“Sandiwara dari gedung yang terhormat”

11:42 Posted by dhiny dewantara
Pemandangan cukup menarik terjadi pada sidang pembahasan tata tertib pemilihan pimpinan DPR tadi malam (01 Oktober 2014). Sidang tersebut berjalan cukup alot dan diwarnai dengan banyaknya intrupsi dari beberapa Fraksi di DPR. Namun yang menarik menurut saya adalah sempat berhentinya sidang selama beberapa waktu karena banyaknya peserta yang protes dan maju ke hadapan pimpinan sidang. sejujurnya saya sendiri tergelitik geli dengan kejadian tersebut. Tingkah beliau-beliau yang duduk di kursi terhormat jauh dari kata ‘santun’ sebagai ‘wakil rakyat’.  Menurut saya tingkah beliau tak ubahnya seperti anak kecil yang sedang berebut sesuatu dan mengadu kepada ibunya. Pimpinan sidang pun sudah seperti seorang ibu yang berusaha menenangkan anak-anaknya. ‘duduk dulu..baru saya lanjutkan..duduk dulu..” (itulah sepenggal perkataan dari pimpinan sidang ketika meminta peserta agar kembali ke tempat duduknya).  
Rasanya sudah muak dengan canda gurau ini semua. Belumkah beliau-beliau sadar, di pundaknya kami sandarkan suara dan harapan kami demi kemajuan bangsa dan negara. Bahkan untuk menempatkan beliau  di kursi yang terhormat, kami harus membayarnya dengan mahal. Tapi apa yang sudah kami dapatkan? Kami hanya mendapat tontonan murahan dengan melihat beliau berbuat ricuh dalam sidang. beliau berhasil membuat kami tersenyum, sayang bukan karena prestasi tapi karena emosi tak berisi. Rakyatmu ini memang bodoh, tapi jangan buat kami lebih terlihat bodoh karena telah mempercayakan nasib negara ini kepada orang yang salah. Apa yang beliau pertontonkan dalam sidang telah membuat kami malu, malu karena beliau adalah wakil kami. Beliau adalah representasi dari sikap dan diri kami. Kami malu, lantas apakah Beliau juga masih merasa malu?
Perbedaan adalah hal yang biasa, tapi cara menyampaikan  pendapat dan keberatan tetaplah harus santun dan sesuai dengan caranya. Beliau dikenal sebagai pribadi yang berpendidikan, tapi tingkah lakunya justru tidak mendidik. Beliau sering berbicara tentang etika dan menyerukan untuk saling menghargai, tapi apa yang belaiu perlihatkan malam itu tak ubahnya orang yang tak mempunyai nilai. Bahkan menurut saya tingkah laku rakyat-rakyatmu yang tak pernah mengenal bangku sekolah pun lebih santun dan bermartabat dari tingkah laku beliau malam itu. Maaf apabila tulisan ini membuat tersinggung pihak-pihak tertentu. Ini adalah ungkapan jujur dari salah satu rakyatmu yang bodoh ini. buatlah kami menjadi pintar, bukan sebaliknya. Terima kasih.
0 Comments
0 Comments
Comments