Pemandangan
cukup menarik terjadi pada sidang pembahasan tata tertib pemilihan pimpinan DPR
tadi malam (01 Oktober 2014). Sidang tersebut berjalan cukup alot dan diwarnai
dengan banyaknya intrupsi dari beberapa Fraksi di DPR. Namun yang menarik
menurut saya adalah sempat berhentinya sidang selama beberapa waktu karena
banyaknya peserta yang protes dan maju ke hadapan pimpinan sidang. sejujurnya
saya sendiri tergelitik geli dengan kejadian tersebut. Tingkah beliau-beliau
yang duduk di kursi terhormat jauh dari kata ‘santun’ sebagai ‘wakil rakyat’. Menurut saya tingkah beliau tak ubahnya
seperti anak kecil yang sedang berebut sesuatu dan mengadu kepada ibunya. Pimpinan
sidang pun sudah seperti seorang ibu yang berusaha menenangkan anak-anaknya. ‘duduk
dulu..baru saya lanjutkan..duduk dulu..” (itulah sepenggal perkataan dari pimpinan
sidang ketika meminta peserta agar kembali ke tempat duduknya).
Rasanya
sudah muak dengan canda gurau ini semua. Belumkah beliau-beliau sadar, di
pundaknya kami sandarkan suara dan harapan kami demi kemajuan bangsa dan
negara. Bahkan untuk menempatkan beliau di kursi yang terhormat, kami harus membayarnya
dengan mahal. Tapi apa yang sudah kami dapatkan? Kami hanya mendapat tontonan
murahan dengan melihat beliau berbuat ricuh dalam sidang. beliau berhasil
membuat kami tersenyum, sayang bukan karena prestasi tapi karena emosi tak
berisi. Rakyatmu ini memang bodoh, tapi jangan buat kami lebih terlihat bodoh
karena telah mempercayakan nasib negara ini kepada orang yang salah. Apa yang beliau
pertontonkan dalam sidang telah membuat kami malu, malu karena beliau adalah
wakil kami. Beliau adalah representasi dari sikap dan diri kami. Kami malu,
lantas apakah Beliau juga masih merasa malu?
Perbedaan
adalah hal yang biasa, tapi cara menyampaikan pendapat dan keberatan tetaplah harus santun
dan sesuai dengan caranya. Beliau dikenal sebagai pribadi yang berpendidikan, tapi
tingkah lakunya justru tidak mendidik. Beliau sering berbicara tentang etika
dan menyerukan untuk saling menghargai, tapi apa yang belaiu perlihatkan malam
itu tak ubahnya orang yang tak mempunyai nilai. Bahkan menurut saya tingkah
laku rakyat-rakyatmu yang tak pernah mengenal bangku sekolah pun lebih santun
dan bermartabat dari tingkah laku beliau malam itu. Maaf apabila tulisan ini
membuat tersinggung pihak-pihak tertentu. Ini adalah ungkapan jujur dari salah satu
rakyatmu yang bodoh ini. buatlah kami menjadi pintar, bukan sebaliknya. Terima kasih.