Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, Namun jika digunakan dengan baik, sekali saja sudah cukup.

Monday, 16 June 2014

# Cerita d MALAM MINGGU #

01:26 Posted by dhiny dewantara
“Cerita di Malam Minggu”

Selamat Malam sobat..
Sabtu, 14 Juni 2014.
‘Malam minggu malam yang panjang’, inilah sepenggal syair lagu dari djamal mirdad. Sejalan dengan syair lagu tersebut malam minggu kali ini terasa panjang. Jam dinding dikamar seolah berhenti untuk berdetak, waktu terasa berjalan begitu lambat. Ya..karena pada malam ini memang tidak ada aktifitas berarti yang saya lakukan. Saya mengisi malam ini dengan tiduran di kamar dan menonton acara telivisi. 30 menit pertama berjalan biasa-biasa saja, namun ketika sudah memasuki 30 menit berikutnya rasa bosan mulai melanda. Dilanda kebosanan dengan tingkat stadium 4, akhirnya saya pun memutuskan untuk mencari kegiatan lain. Saya pun mencari hiburan dengan menonton video stand up comedy di youtobe.
Saya adalah salah satu penggemar acara stand up comedy. Menurut saya indonesia butuh acara seperti ini, bukan hanya menghibur tapi juga cerdas. Dengan semakin populernya stand up comedy maka mulailah bermunculan komika-komika di indonesia dengan berbagai gayanya. Bahkan salah satu televisi swasta sampai-sampai mengadakan sebuah program pencarian bakat untuk melahirkan komika hebat di indonesia.
Dari sejumlah komika yang ada di indonesia, salah satu komika favorit saya adalah abdur (salah satu peserta suci 4). Menurut saya abdur adalah komika yang menghibur, pintar, dan kritis. Disetiap materi yang disampaikan tidak hanya mengundang tawa yang membahana tapi juga mengandung pesan moral dan kritik kondisi sosial disekitarnya. Salah satu materinya yang menurut saya menarik adalah ketika ia membahas tentang indonesia masuk piala dunia.
Dalam materinya tersebut dia sempat menceritakan tentang pengalamannya ikut kegiatan bakti sosial di desa ranu pani. Salah satu desa kecil yang berada di bawah kaki gunung semeru. Dalam satu kesempatan dia bertanya kepada anak-anak disana ‘apa cita-citamu?’. Anak-anak pun menjawab dengan berbagai jawaban, dari ingin menjadi dokter, presiden, guru, dll. namun ada jawaban dari salah satu anak yang membuatnya merinding dan meneteskan air mata. Ketika anak tersebut ditanya, ‘apa cita-cita mu nak?’ dia pun menjawab ‘cita-cita saya tidak muluk-muluk seperti teman-teman yang lain, saya hanya ingin menjadi seorang petani seperti ayahku saja. Apa yang sudah dilakukan negeri ini sampai-sampai anak kecil sepertinya tidak berani untuk bermimpi?. Menurut saya apabila negara ini ingin maju maka bebaskanlah generasi-generasi kita untuk bermimpi, tegas abdur.
Sejenak saya terhenyak ketika mendengarnya, benar juga kataku dalam hati. Saya pun yakin masih banyak anak-anak di negeri ini mengalami kondisi yang sama. Anak-anak yang tidak berani untuk bermimpi dan berpasrah dengan keadaan. Jangankan bermimpi, terkadang untuk menjadi apa kelak saja mereka tak tahu. Itu semua karena kondisi keluarga yang terbatas secara ekonomi, sehingga kebanyakan dari mereka beranggapan ‘untuk apa kita bemimpi tinggi kalau itu serasa tidak mungkin untuk diwujudkan’. Menurutku anggapan seperti ini adalah anggapan yang terlalu berlebihan.
Saya jadi teringat sebuah moment di acara perpisahan kelulusan SD saya dulu. Pada saat itu, ditengah-tengah acara saya ditanya oleh seorang guru ‘cita-cita mu apa nak?’ saya pun menjawab bahwa saya ingin menjadi seorang guru seperti ayah. Kebetulan ayahku adalah seorang guru di sekolah menengah pertama (SMP). Saya menjawab seperti itu karena memang pandangan saya tentang dunia saat itu begitu sempit. Sampai akhirnya saya seolah-olah ditampar dan dibukakan mata oleh pesan dari seseorang dalam sambutannya dalam acara yang sama. Kebetulan beliau mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan sepatah-duapatah kata sebagai perwakilan dari wali murid. Dan beliau adalah orang tua dari siswa yang menjadi lulusan terbaik saat itu.
Saat itu beliau mengatakan bahwa cita-cita haruslah setinggi langit. Tidak peduli seperti apa kondisimu, apa pekerjaan ayahmu, dan bagaimana kamu saat ini. Meskipun mungkin saat ini kondisi keluargamu dalam kondisi yang terpuruk secara ekonomi ataupun yang lainnya, namun cita-citamu tidak boleh terpuruk juga. Setidaknya kamulah seharusnya yang menjadi agen perubahan bagi kondisi keluargamu. Apabila ayahmu adalah seorang petani, guru, atau apapun profesinya maka kamu harus bisa lebih dari dia. Dalam pendidikan pun kalian harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Belajarlah setinggi-tingginya, dimana ada kemauan disana pasti ada jalan. Kurang lebih seperti itulah isi pesan dalam sambutannya, dan orang itu adalah ayahku sendiri.
Sejak saat itu saya selalu bermimpi setinggi langit dan selalu bersemangat untuk mencapainya. Saya percaya bahwa mimpi mempunyai kekuatan tersendiri bagi siapa pun yang memegang dan mempercayainya. Saya pikir sudah banyak bukti bagaimana kekuatan mimpi itu berbicara. Dan kondisi apapun yang dialami oleh seseorang tidak akan menghalanginya untuk meraih mimpi. Baru-baru ini kita pasti dengar bagaimana kisah seorang Raeni. Anak seorang tukang becak yang lulus dengan predikat cum laude terbaik dan nyaris sempurna, yakni 3,96. Bahkan dia pun memperoleh peluang untuk mendapatkan beasiswa dari president untuk melanjutkan studinya ke inggris seperti yang di inginkannya. Kisah Raeni hanyalah satu dari ribuan bahkan jutaan kisah-kisah orang yang mempunyai keterbatasan secara ekonomi namun dapat mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Saya harap akan muncul bukti-bukti lainnya, termasuk saya dan anda yang membaca tulisan ini.amien..
0 Comments
0 Comments
Comments