Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, Namun jika digunakan dengan baik, sekali saja sudah cukup.

Thursday, 11 July 2013

HARUSKAH MENJADI YANG TERBAIK..???

23:30 Posted by dhiny dewantara
Saya yakin di antara kita pasti ingin selalu menjadi yang terbaik. Terbaik dalam berbagai hal, dimana salah satunya adalah menjadi terbaik dalam hal-hal yang saat ini sedang kita jalani. Untuk menjadikan diri kita terbaik, terkadang kita harus berkompetisi, bersaing, sikut kanan, sikut kiri, dan bahkan tidak sedikit pula yang memilih jalan pintas untuk meraihnya.

Ehm..keras..?? pasti..

Kejam..??memang..

Namun pertanyaannya, haruskah demikian?

Selama ini kita seolah-olah sudah di setting untuk selalu bersaing dan berkompetisi, makanya ada peringkat satu, dua, tiga dan seterusnya. Ada yang kalah dan ada menang, ada yang lanjut dan ada yang tersingkirkan, ada yang tersenyum dan ada yang menangis. Sebuah sistem yang mengajarkan kepada kita seolah-olah hidup hanyalah sebuah persaingan. Siapa yang kuat dia akan menang dan siapa yang lemah akan tersisihkan, seperti halnya hukum seleksi alamnya Darwin.

Tidak hanya itu, sepanjang kehidupan kita pun selalu diwarnai dengan persaiangan. Awal mula kita pun berangkat dari sebuah persaingan. dari Ayah kita yang memenangkan persaingan dari beribu-ribu lelaki yang akhirnya di pilih oleh seoarng perempuan yang akhirnya menjadi ibu kita. kemudian kita pun terlahir dari sebuah persaiangan dengan berjuta-juta sel sperma yang akan membuahi satu sel telur yang kemudian melahirkan diri kita. tidak cukup disitu saja, ketika beranjak dewasa pun kita harus bersaing untuk mendapatkan satu kursi di bangku sekolah dan kuliah di tempat yang kita inginkan. Dan ketika kita sudah besar pun kita harus bersaing dengan beberapa kompetitor untuk menduduki sebuah pekerjaan atau jabatan.

Lalu benarkah hidup ini adalah sebuah persaingan?

Jawabannya sudah pasti TIDAK..karena hidup tidak hanya tentang persaingan, dan hidup bukan hanya soal kalah dan menang. Melainkan hidup adalah sebuah proses, proses untuk senantiasa belajar. Bahkan ketika kita menang pun sebenarnya kita sedang belajar untuk tidak sombong dan ketika kalah kita sedang belajar untuk menerima dan bersabar. apabila hidup hanyalah sebuah persaingan maka hidup ini akan terasa sangat sempit dan penuh beban. Namun anehnya justru selama ini kita selalu terjebak oleh sistem dan pola pikir kita sendiri. Sehingga yang seharusnya bukanlah membuat diri kita menjadi yang terbaik melainkan cukup melakukan yang terbaik. INGAT..yang terpenting bukan soal menjadi yang terbaik, tapi lakukanlah yang terbaik.

Memangnya beda ya?

Ya..sudah pasti berbeda. Apabila kita hanya ingin menjadi yang terbaik maka pada dasarnya kita hanya berorientasi pada hasil tampa memperdulikan sebuah proses. Kita hanya berfokus untuk menjadi NO.1 tampa mempedulikan bagaimana, dan apa yang seharusnya saya lakukan, sehingga tidak sedikit pula di antara kita yang justru melupakan nilai-nilai sportivitas dan memilih jalan pintas. Namun ketika kita berusaha melakukan yang terbaik maka kita akan lebih mencintai sebuah proses dan menganggap hasil yang di dapatkan sebagai sebuah hadiah dari sebuah proses yang manis.

Ada sebuah kisah yang mungkin dapat menggambarkan penjelasan di atas.
Pada suatu hari di sebuah kota sedang diadakan sebuah perlombaan balap mobil-mobilan. Lomba tersebut di ikuti oleh beberapa peserta. Berbagai mobil-mobilan bermerek dan berkelas pun siap memeriahkan perlombaan tersebut. Namun diantara mobil-mobilan tersebut ada satu mobil yang menyita perhatian penonton yang hadir. Ya..itu adalah mobil seorang anak kecil bernama Dika. Dia menjadi sorotan bukan karena mobilnya mewah,melainkan mobilnya yang terkesan kuno dan lemah. Sadar akan hal tersebut dika tidak pernah berpikir untuk menjadi juara, melainkan ia hanya berpikir tentang apa yang bisa dilakukannya dengan mobil sederhananya untuk dapat melakukan yang terbaik.

Ketika perlombaan akan dilangsungkan, peserta pun diberikan waktu untuk mempersiapkan mobilnya masing-masing. Terlihat beberapa peserta dengan serius mempersiapkan mobilnya untuk meraih juara, bahkan ada beberapa peserta yang memilih jalan pintas dengan memasang mesin dengan kekuatan yang tidak sesuai seharusnya. Ketika pesaing yang lainnya berpikir keras tentang cara untuk meraih no.1, dika hanya mempersiapkan mobilnya dengan apa yang dimilikinya saat itu.

Perlombaan pun dimulai, semua mobil sudah bersiap di garis start. Semua orang pun berteriak pesimis terhadap mobil dika. Terlihat dika pun terpejam matanya seraya mulutnya berkomat-kamit seperti membaca mantra. Priiiit...peluit tanda start pun di tiupkan. Semua mobil pun melaju dengan kencangnya. Terlihat mobil dika berada di urutan yang paling terakhir. Lap demi lap pun berlalu dan mobil dika pun masih belum beranjak dari posisi buncitnya. Sorak pesimis penonton pun mulai bertambah kencang. Namun keajaiban pun terlihat ketika memasuki lap-lap berikutnya. Ketika mobil-mobil yang lain mulai turun kecepatannya karena mesinnya mulai panas dan baterai yang terkuras dengan tenaga yang besar, mobil dika tetap berjalan dengan stabil. Sedikit demi sedikit pun posisinya mulai merangsek ke depan. Hingga puncaknya mobilnya pun berada di posisi terdepan dan berhasil finish pada posisi no.1. semua penontonpun seketika terdiam dan terheran-heran.

Hingga akhirnya pada penyerahan hadiah, dika diberikan kesempatan untuk berbicara dan diwawancara oleh si pembawa acara. Apa kunci sukses anda sehingga anda dapat berhasil finish di posisi pertama dengan mobil yang sederhana ini? Apakah karena do’a atau mantra anda? Jawabannya: tidak, rasanya tidak adil apabila saya meminta kepada tuhan untuk mengalahkan lawan-lawan saya. Saya hanya berdo’a kepada tuhan agar diberikan kelapangan dada dan dapat menerima keadaan apabila kalah nanti. Dan saya pun hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik tampa mempedulikan hasil akhir yang saya dapatkan. Itulah kuncinya..katanya seraya tersenyum dan diiringi riuh tepuk tangan penonton.

TERIMA KASIH..

SEMOGA BERMANFAAT...
0 Comments
0 Comments
Comments