Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, Namun jika digunakan dengan baik, sekali saja sudah cukup.

Saturday, 3 November 2012

“Pesona Pulau Garam”

09:29 Posted by dhiny dewantara

MADURA, anda pasti sudah tidak asing lagi dengan nama salah satu pulau di Indonesia tersebut. pulau yang identik dengan garam, carok, karapan sapi, dan bahasa daerah yang khas ini sudah terkenal dihampir seluruh pelosok negeri. Disamping karena budaya dan sumber daya alam yang dimiliki, nama Madura menjadi terkenal terlebih juga dikarenakan banyaknya orang Madura yang merantau ke berbagai daerah. Banyaknya perantau dari madura kerap kali juga membuatnya disebut-sebut sebagai “chinanya” Indonesia, karena dihampir setiap daerah di Indonesia pasti ada orang madura, ini hampir sama dengan orang china yang konon menyebar di berbagai Negara. Ketenaran namanya dan budaya yang dimiliki membuat madura dikenal oleh banyak orang. Namun menariknya kebanyakan orang justru lebih mengenal madura dengan budaya dan orang-orangnya yang “keras”. Begitu juga dengan saya, saya yang tinggal di kota yang cukup jauh dari madura, selama ini selalu mengidentikkan madura dengan budayanya yang “keras”. Hingga akhirnya pada suatu saat saya berteman dengan orang madura dan berkunjung langsung ke pulau garam tersebut. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakatnya dan keindahan alamnya menurut saya adalah sebuah kekayaan yang sangat luar biasa. Hingga akhirnya saya merasa bahwa pesona pulau garam telah membuat saya jatuh hati dan sedikit demi sedikit mengikis konotasi “negatif” mengenai pulau ini dalam benak saya.
Pada lain kesempatan, saya lagi-lagi mendapat kehormatan untuk dapat mengunjungi pulau ini, tepatnya pada selasa tanggal 31 oktober 2012. Pada saat itu saya harus melakukan perjalanan yang sangat melelahkan dari kota “apel” Malang menuju pulau “garam” Madura. Bayangkan, saya harus menempuh perjalanan kurang lebih selama delapan jam perjalanan dengan mobil. Memang ini bukanlah pertama kalinya saya ke madura, namun dalam kesempatan ini pula, lagi-lagi pulau madura menebar pesonanya sehingga saya pun mulai menemukan sisi lain dari pulau ini. Pesona keindahan pulau ini telah membuat saya berdecak kagum. Keindahan itu sudah terasa ketika perjalanan saya mulai memasuki area jalan tol jembatan suramadu yang merupakan salah satu pintu masuk menuju pulau madura dari kota Surabaya. jembatan yang berdiri begitu megah dan kokoh meyapa saya dengan gemerlap warna-warni lampu di malam hari yang menyejukkan mata. Tidak berselang lama, lagi-lagi mata saya disuguhi oleh pemandangan yang begitu indah. Malam itu saya dapat melihat birunya air laut yang terpancar oleh sinar bulan yang luar biasa indahnya.
Tidak hanya dengan keindahan alamnya yang membuat saya terpesona, namun kearifan lokal yang ada telah semakin membuat saya mengerti tentang madura itu sendiri. Selama perjalanan saya melihat ada beberapa hal yang menurut saya menarik dan unik. Salah satunya adalah ketika disepanjang perjalanan setelah memasuki pulau madura saya disambut dengan orang-orang yang mengenakan sarung. Uniknya itu tidak hanya segelintir orang, namun hampir semua orang, dari anak-anak, remaja, bapak-bapak, sampai kakek-kakek sekalipun. Konon katanya orang-orang tersebut mengenakan sarung bukan lantaran ada kegiatan keagamaan saja melainkan memang sudah menjadi kebiasaan dalam kesehari-hariannya. Hal ini membuat saya bertanya-tanya, “kenapa orang madura sangat lekat dengan salah satu alat ibadah khas Indonesia tersebut?” dengan diselimuti rasa penasaran, akhirnya saya beranikan diri untuk menanyakan pada salah satu orang disana.
Jawabannya pun sangat mengagumkan, menurutnya sarung tidak hanya alat untuk beribadah saja, melainkan sudah menjadi bagian dari madura itu sendiri. Sarung dijadikan sebagai identitas dirinya sebagai seorang muslim. Sarung adalah lambang “spiritualitas”, yang menunjukkan kultur islam di Madura yang masih sangat kuat. Sehingga sarung telah melebihi fungsinya sebagai alat ibadah saja melainkan juga sudah menjadi identitas Madura itu sendiri. Menurut saya inilah salah satu sisi lain dari pesona pulau garam.
Saya memang bukan orang madura dan belum tahu banyak tentang madura, tetapi perjalanan saya sudah sedikit banyak menyadarkan saya tentang madura. Menyadarkan saya untuk menghargai budaya, dan melihatnya secara utuh. Ibaratnya gajah tidak akan nampak seperti gajah dan hanya terlihat belalainya apabila kita hanya melihatnya dari depan. Begitu juga tidak akan tampak seperti gajah dan hanya terlihat ekornya apabila kita hanya melihatnya dari belakang, karena gajah akan tampak seperti gajah apabila dilihat secara keseluruhan. Begitu juga dengan madura, madura hanya akan tampak “kerasnya” apabila kita hanya melihat sifatnya saja, tetapi madura akan tampak layaknya madura apabila kita melihat semua pesonanya. 
0 Comments
0 Comments
Comments