MEMAKNAI HIDUP
Seringkali terlintas
dalam pikiran saya sebuah pertanyaan. Untuk apa saya hidup didunia ini? Apakah
hanya untuk aktifitas yang menurut saya membosankan dan memuakkan. Aktifitas
atau sekedar rutinitas sehari-hari Dari tidur, makan, minum, belajar, bekerja.
Apakah hanya sekedar untuk itu saya dihidupkan dan nantinya akan dimatikan.
Saya pikir jawabannya adalah tidak. Karena saya yakin tuhan mempunyai rahasia
besar dalam penciptaan mahluknya termasuk saya. Dan dari situ kemudian saya
yakin Pastilah ada alasan yang lebih mulia dibandingkan hanya sekedar sebuah
rutinitas dan aktifitas tadi.
Setidaknya sudah 20
tahun, sejak bayi kecil nan suci terlahir kedunia sampai saat ini sudah tumbuh
dewasa dan berlumur dosa. Selama 20 tahun itulah hidup telah mengajarkan banyak
hal yang kemudian saya memaknainya sebagai sebuah pembelajaran. Pelajaran
pertama yang saya dapatkan terjadi ketika saya masih ada dalam rahim seorang
ibu sampai saya dilahirkan dan melihat indahnya dunia. Peristiwa ini
menunjukkan kepada saya betapa besar kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu.
Bagaimana tidak, bayangkan seorang ibu dengan tulus dan ikhlas merawat dan
membesarkan kita di dalam perutnya. Dari yang hanya segumpal daging menjadi
sesosok manusia yang mempunyai hidung, mata, dan organ lainnya. Kita makan dari
apa yang beliau makan, dan bahkan ibu kita rela setiap harinya harus membawa
beban yang kurang lebih beratnya 3 kg dalam perutnya. Belum lagi pengorbanan
seorang ibu ketika melahirkan. demi melihat bayi kecilnya dapat membuka mata
dan menatap dunia yang fana ini seorang ibu rela menahan rasa yang amat sangat
sakit. Hanya demi melihat malaikat kecilnya dapat menghirup sejuknya udara
dunia, beliau rela mempertaruhkan nyawanya. Luar biasa, begitu besar kasih sayang
dan pengorbanan seorang ibu. Dari sini kemudian saya mengerti mungkin beliaulah
salah satu alasan saya tetap hidup di dunia ini. Agar saya berbakti kepadanya,
dan mewujudkan cita-cita luhurnya “menjadi anak soleh dan solehah”.
Pelajaran
yang kedua, saya dapatkan dari pembelajar sejati dan inilah pembelajaran yang
sesungguhnya yaitu kehidupan. Hidup mengajarkan saya banyak hal dan salah
satunya adalah bagaiamana mengenal tuhan. Ketika saya membuka mata untuk pertama kali dan menatap dunia yang kejam dan menakutkan ini, saya
menangis, saya takut. Namun ketika itu pula saya langsung dikenalkan kepada
sosok yang akan senantiasa menjaga, senantiasa ada, dan yang akan membuat saya
tetap tegar dalam menjalani hidup. Sosok itu bukanlah tokoh besar dinegara saya,
bukan pula leluhur saya, melainkan Allahu Akbar “Allah maha besar” tuhan yang
mencipta alam dan seisinya termasuk saya. Kepadanyalah saya berpasrah,
kepadanyalah saya bermunajah, dan hanya kepadanyalah saya mengadu atas keluh
dan kesah. Atas izin dan ridhonya saya hidup dan atas kehendaknya pula kelak
saya akan kembali kepadanya. Terima kasih ayah dan ibu, karena engkau telah
mengenalkanku kepada Tuhan. Sehingga sekarang saya mengerti bahwa tuhanlah
alasan utama kenapa saya hidup.