Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, Namun jika digunakan dengan baik, sekali saja sudah cukup.

Thursday, 28 June 2012

BELAJAR DARI HIDUP

23:28 Posted by dhiny dewantara

MEMAKNAI HIDUP

Seringkali terlintas dalam pikiran saya sebuah pertanyaan. Untuk apa saya hidup didunia ini? Apakah hanya untuk aktifitas yang menurut saya membosankan dan memuakkan. Aktifitas atau sekedar rutinitas sehari-hari Dari tidur, makan, minum, belajar, bekerja. Apakah hanya sekedar untuk itu saya dihidupkan dan nantinya akan dimatikan. Saya pikir jawabannya adalah tidak. Karena saya yakin tuhan mempunyai rahasia besar dalam penciptaan mahluknya termasuk saya. Dan dari situ kemudian saya yakin Pastilah ada alasan yang lebih mulia dibandingkan hanya sekedar sebuah rutinitas dan aktifitas tadi.
Setidaknya sudah 20 tahun, sejak bayi kecil nan suci terlahir kedunia sampai saat ini sudah tumbuh dewasa dan berlumur dosa. Selama 20 tahun itulah hidup telah mengajarkan banyak hal yang kemudian saya memaknainya sebagai sebuah pembelajaran. Pelajaran pertama yang saya dapatkan terjadi ketika saya masih ada dalam rahim seorang ibu sampai saya dilahirkan dan melihat indahnya dunia. Peristiwa ini menunjukkan kepada saya betapa besar kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu. Bagaimana tidak, bayangkan seorang ibu dengan tulus dan ikhlas merawat dan membesarkan kita di dalam perutnya. Dari yang hanya segumpal daging menjadi sesosok manusia yang mempunyai hidung, mata, dan organ lainnya. Kita makan dari apa yang beliau makan, dan bahkan ibu kita rela setiap harinya harus membawa beban yang kurang lebih beratnya 3 kg dalam perutnya. Belum lagi pengorbanan seorang ibu ketika melahirkan. demi melihat bayi kecilnya dapat membuka mata dan menatap dunia yang fana ini seorang ibu rela menahan rasa yang amat sangat sakit. Hanya demi melihat malaikat kecilnya dapat menghirup sejuknya udara dunia, beliau rela mempertaruhkan nyawanya. Luar biasa, begitu besar kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu. Dari sini kemudian saya mengerti mungkin beliaulah salah satu alasan saya tetap hidup di dunia ini. Agar saya berbakti kepadanya, dan mewujudkan cita-cita luhurnya “menjadi anak soleh dan solehah”.
          Pelajaran yang kedua, saya dapatkan dari pembelajar sejati dan inilah pembelajaran yang sesungguhnya yaitu kehidupan. Hidup mengajarkan saya banyak hal dan salah satunya adalah bagaiamana mengenal tuhan. Ketika saya  membuka mata untuk pertama kali dan  menatap dunia yang kejam dan menakutkan ini, saya menangis, saya takut. Namun ketika itu pula saya langsung dikenalkan kepada sosok yang akan senantiasa menjaga, senantiasa ada, dan yang akan membuat saya tetap tegar dalam menjalani hidup. Sosok itu bukanlah tokoh besar dinegara saya, bukan pula leluhur saya, melainkan Allahu Akbar “Allah maha besar” tuhan yang mencipta alam dan seisinya termasuk saya. Kepadanyalah saya berpasrah, kepadanyalah saya bermunajah, dan hanya kepadanyalah saya mengadu atas keluh dan kesah. Atas izin dan ridhonya saya hidup dan atas kehendaknya pula kelak saya akan kembali kepadanya. Terima kasih ayah dan ibu, karena engkau telah mengenalkanku kepada Tuhan. Sehingga sekarang saya mengerti bahwa tuhanlah alasan utama kenapa saya hidup.
0 Comments
0 Comments
Comments