Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, Namun jika digunakan dengan baik, sekali saja sudah cukup.

Friday, 25 October 2019

POPOK mengancam STABILITAS kehidupan

19:06 Posted by dhiny dewantara

Sedikit Sharing hasil diskusi pagi kemarin di kantor. Diskusi kami membahas soal popok. Ya betul, popok. Anda memang tidak sedang salah baca atau saya juga tidak sedang salah ketik atau 'typo'. Kenapa popok? Popok bukan lagi hanya menjadi urusan para emak-emak saja, tapi saat ini popok sudah menjadi urusan gubernur, negara, bahkan dunia. Loh..kok bisa?

Adanya popok sekali pakai memang dirasa sangat membantu para ibu yang masih memiliki bayi atau balita. Apalagi bagi para ibu yang tidak memiliki banyak waktu dan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri tanpa bantuan babysitter. Keberadaan Popok sekali pakai menawarkan solusi tepat untuk setidaknya mengatasi masalah seringnya mengganti celana ketika bayi buang air. Ini seperti paket komplit, mudah, murah & praktis. Mudah mendapatkannya, murah harganya, dan praktis cara pakainya. Alih-alih ingin mendapatkan paket komplit tadi, tapi justru mengorbankan faktor lain yang tidak kalah penting, yaitu soal lingkungan.

Banyaknya penggunaan popok sekali pakai sayangnya tidak disertai dengan kesadaran sekaligus kecakapan pengelolaan limbah setelah pemakaian. Bayangkan, dijawa timur saja terdapat 800.000 bayi usia 0 sampai 3 tahun, dan setiap bayi rata-rata memakai 4 popok sehari, sehingga diperkirakan 3,2 juta popok digunakan setiap harinya di jawa timur. Ingat, itu baru satu hari dan hanya di jawa timur, belum di daerah yang lain. Bayangkan berapa banyak limbah popok sekali pakai yang ada di Indonesia dalam 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, atau bahkan 1 tahun? Silahkan hitung sendiri. Ironisnya lagi sampah popok sekali pakai tidak semuanya dikelola dengan baik. Kebanyakan justru memenuhi sungai, saluran air, atau bahkan laut. Menurut riset Bank Dunia pada 2017 popok sekali pakai menjadi penyumbang sampah terbanyak kedua di laut setelah sampah organik. Padahal kita tahu bahwa bahan popok sekali pakai mempunyai potensi untuk dapat mencemari lingkungan dan bahkan dapat mengganggu kesehatan manusia.

Dampak yang sudah pasti terlihat apabila sampah popok dibuang di sungai atau laut  adalah akan adanya kemungkinan kerusakan atau tercemarnya lingkungan yang juga merupakan habitat dari berbagai ikan dan makhluk hidup yang lainnya. Salah satunya yang sudah terjadi adalah berubahnya kodrat ikan. seperti yang ditemukan di sungai brantas, bahwa ditemukan sekitar 20% ikan disana mengalami intersex, atau satu tubuh ada 2 kelamin. Belum lagi soal ditemukannya kandungan mikroplastik dalam tubuh ikan. Dimana diperkirakan sekitar 80% ikan di sungai brantas ketika dibelah perutnya maka ditemukan kandungan mikroplastik di dalamnya. Bayangkan apabila itu dikonsumsi oleh tubuh manusia, maka lambat laun pasti akan menimbulkan gangguan kesehatan.
Apa yang melatar belakangi dan bagaimana solusinya?

Ini adalah hasil diskusi kami:

Yang melatar belakangi perilaku membuang sampah disungai:
  • Adanya faktor ketidak tahuan dari masyarakat tentang dampak dan bahanya membuang sampah popok sembarangan.
  • Adanya mitos atau budaya turun temurun di masyarakat bahwa popok itu jangan dibakar atau dibuang ditempat sampah, tapi harus dibuang disungai agar sikecil tidak suleten (sakit gatal).
  • Ketidak tahuan masyarakat tentang cara tepat pengelolaan limbah/sampah popok setelah pemakaian.
Solusinya:
Setidaknya ada empat hal yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi kami, yaitu:
  • Mendorong para orang tua untuk mengurangi pengguanaan popok sekali pakai. Karena bagaimana pun pada dasarnya popok sekali pakai diperuntukkan untuk kondisi tertentu (misal ketika dalam perjalanan atau ketika ada acara) bukan untuk digunakan dalam keseharian. Dengan begitu maka diharapkan dapat menekan jumlah sampah popok yang ada.
  • Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara perlakuan pada popok yang telah dipakai. Dimana popok harus dibersihkan dan dibuang di tempat sampah (kalau bisa disediakan tempat sampah khusus popok)
  • Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai dampak dan kerugian apabila membuang sampah di sungai atau disaluran air.
  • Mendorong pemerintah untuk membuat regulasi mengenai penangan sampah (salah satunya sampah popok) agar dapat dikelola dengan lebih profesional. Misal dibuatkan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
Ini adalah hasil diskusi yang kami lakukan. Kami memang bukan ahli dibidang ini. Kami hanya bagian dari masyarakat yang juga merasa gelisah akan masalah ini dan berharap dengan diskusi dapat memicu kepedulian, terlebih kepedulian dan kesadaran dari kami dan orang disekeliling kami terlebih dahulu. Terima kasih.

0 Comments
0 Comments
Comments