Sebagai seorang individu, terkadang kita tidak dapat
melakukan segala sesuatu hal secara sendiri. Ada hal-hal tertentu yang harus
diselesaikan dengan bantuan orang lain. Begitu juga sebaliknya, tidak semua hal
juga dapat diselesaiakan oleh orang lain secara sendirian, terkadang mereka
juga membutuhkan bantuan kita. Saling mengisi dan melengkapi untuk mencapai hasil
atau tujuan yang lebih besar dari tujuan diri sendiri dan orang lain secara
pribadi, ini lah yang kita sebut dengan sinergi. Sinergi menjadi hal penting dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan berkelompok dan bermasayarakat
(organisasi, kelompok, perusahaan, dll). Melihat begitu pentingnya sinergi,
maka sudah sepatutnya kita dapat mewujudkan hal tersebut dalam hidup ini. Lantas
bagaimana kita dapat bersinergi?
Sebelum kita melakukan sinergi, maka kita perlu melihat kaca
dan melihat diri sendiri terlebih dahulu. Kita harus melihat bagaimana cara
kita “melihat”. Mengapa demikian? Bagaiamana cara kita melihat akan menentukan
bagaimana cara kita berperilaku dan bagaimana cara kita berperilaku akan
menentukan juga apa yang akan kita dapatkan.
Jika kita melihat peluang justru sebagai ancaman, maka kita
akan berperilaku menjauhinya dan kemudian tidak akan mendapatkan apa-apa dari
sana atau bahkan hanya akan mendapatkan kekecawaan. Satu cerita, dimana di
sebuah desa hampir semua warganya melihat buah tomat sebagai buah yang beracun
dan berbahaya ketika dimakan, akibatnya semua orang didesa tersebut menanam
tomat hanya sebagai hiasan saja. Sampai akhirnya muncullah satu wabah penyakit
yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin C, dan
bahkan wabah penyakit tersebut telah memakan korban. Sangat ironis, dimana banyak
diantara mereka yang harus meninggal, padahal mereka sebetulnya memiliki obat
dipekarangan atau kebun mereka sendiri. Ini terjadi karena apa? karena cara
pandang atau cara melihat yang salah.
Sama halnya dengan sinergi, ketika kita akan bersinergi tapi
dengan cara pandang lama yang salah, maka kita tidak akan dapat bersinergi. Cara
pandang lama yang salah itu seperti apa? Cara pandang, dimana kita melihat saya
dan orang lain yang akan bersinergi sebagai bagian yang terpisah. Kita masih
melihat sinergi dengan “tim saya – tim anda, cara saya – cara anda, ide saya –
ide anda, alternatif 1 – alternatif 2”. Lantas bagaimana? Caranya adalah dengan
membangun cara pandang dimana ini bukan hanya soal saya atau anda, melainkan
soal kita. Bukan hanya tentang alternatif 1 dan alternatif 2, melainkan alternatif
3 yang merupakan hasil dari pemikiran bersama (saya dan anda).
Dalam sinergi, 1 tim + 1 tim ≠
2 tim, melainkan 1 tim + 1 tim = 1 tim yang lebih kuat dan hebat. Mengapa demikian?
Dalam sinergi kita tidak hanya sekedar menyatukan jumlah sehingga menjadi lebih
banyak, melainkan kita sedang menyatukan kekuatan dan saling melengkapi
kelemahan sehingga menjadi satu kekuatan yang lebih besar dan hebat. Dalam sinergi,
kita juga tidak sedang berkompromi, karena dalam kompromi maka pasti akan ada
yang dirugikan atau pasti akan ada yang merasa dikalahkan. Sehingga sinergi
adalah prinsip WIN-WIN, dimana dua
pihak sama-sama merasa menang dan menentukan jalan dan cara terbaik tanpa harus
ada yang merasa dikorbankan dan dikalahkan. Satu hal lagi yang penting dalam
sinergi adalah kebersediaan untuk mencari solusi yang lebih baik dari apa yang
terpikirkan oleh kita sekarang. Karena selama belum adanya kemauan untuk
membuka diri atas kemungkinan alternatif-alternatif lain yang lebih baik dari alternatif
yang kita pikirkan, maka selama itu pula sinergi akan sulit terwujudkan. Demikian, dan selamat bersinergi…!!!
Sumber: the 3rd alternative Stephen R Covey