Bahagia
adalah ketika kita dapat berbagi kebahagiaan. Anda pasti bertanya-tanya
bagaimana kita bisa bahagia dengan berbagi kebahagiaan? Bukankah sesuatu yang
di bagikan itu seharusnya berkurang, seperti halnya rumus matematika pada
umunya. Ani mempunyai sepuluh buah permen di sakunya, selang beberapa waktu
datanglah adi dan budi. Di bagikannya permen tersebut kepada mereka,
diberikannya pada adi 3 buah dan pada budi 3 buah, maka berapakah sisa permen
ani? Jawabannya sudah pasti 4. Ya, itulah pelajaran matematika dasar ketika
saya kecil. Secara jumlah fisik, permen ani memang berkurang, yang tadinya 10
buah menjadi 4 buah. namun pernah kita menghitung berapa banyak yang di
dapatkan ani dengan memberikan 6 buah permen itu kepada temannya. Mungkin
dengan diberikannya 6 permen tersebut, persahabatan mereka menjadi lebih erat, atau
bahkan suatu saat ani akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari nilai 6 permen yang
diberikan kepada kedua temannya itu. Bukan bermaksud untuk menghitung-hitung apa
yang sudah kita lakukan dan pamrih, melainkan agar membuat kita menjadi lebih
ikhlas. Percayalah bahwa tuhan itu maha adil, sehingga sekecil apapun yang kita
lakukan akan mendapatkan balasan yang setimpal, termasuk dengan kebahagiaan.
Nah,
sebelum semakin panjang dan lebar kita membahas tentang kebahagiaan, ada sebuah
pertanyaan yang harus anda jawab. Menurut anda, apa yang membuat diri anda
bahagia? Apakah anda akan bahagia apabila melihat orang yang anda sayangi
bahagia? Apakah anda akan bahagia apabila apa yang anda inginkan telah
terkabulkan? Apakah anda akan bahagia apabila anda mempunyai segalanya? Ataukah
kebahagiaan anda adalah ketika anda dapat berada didekatnya (Tuhan)? Banyak
jalan menuju roma, begitu juga dengan kebahagiaan. Banyak jalan untuk
memperoleh kebahagiaan, dan setiap manusia mempunyai cara masing-masing untuk
meraihnya. Semua itu sah-sah saja, namun yang disayangkan tidak jarang cara
yang digunakan kurang tepat karena justru merugikan atau bahkan membuat orang
lain menderita.
Arman
adalah seorang siswa yang sangat terkenal akan kenakalannya di sekolah. Sudah banyak
siswa menjadi korban dari ide-ide keusilannya untuk mendapatkan kesenangan. Dari
putri yang di buatnya menagis karena
buku tulisnya di buang ke loteng sekolah, andi yang harus menerima beberapa
perawatan karena terkena lemparan penghapus, sampai dengan budi yang harus
berkali-kali mengganti baju seragamnya karena bangku dan mejanya di lumasi
dengan lem. Ya, sikap arman ini menunjukkan bagaimana keegoisannya dalam meraih
kebahagiaan. Ibarat kata sikapnya adalah termasuk tipe orang SMS “senang
melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang”. Nah, apakah kita
termasuk pribadi seperti sosok arman yang tergambar di atas? Orang yang bahagia
di atas penderitaan orang lain. Semoga saja tidak. Apalah artinya sebuah kebahagiaan
yang kita dapatkan apabila cara untuk memperolehnya justru merugikan orang lain.
Bukan begitu?
Kita
dapat bayangkan Betapa sedihnya, apabila kehadiran kita justru mendatangkan
sedih dan tangis bagi orang lain. ‘Duh,orang itu datang’, ‘duh,kenapa sih harus
ada dia’, ‘duh,ngapain sih dia disini’, dan duh-duh yang lainnya. Gak enak kan?
Seolah-olah kita menjadi orang yang justru tidak diharapkan kedatangannya. Tapi
bayangkan betapa bahagianya, apabila kehadiran kita pada suatu tempat dapat menghadirkan
senyum di wajah orang-orang yang ada disana. Jadilah orang yang diharapkan
kehadirannya karena dengan kehadiran kita akan membuat orang-orang disekitar
kita bahagia dan bukan sebaliknya. Alangkah lebih baiknya apabila kita menjadi
orang yang tidak bahagia apabila ada orang didekat kita tidak bahagia. Dan
lebih-lebih apabila kehadiran kita mampu mendatangkan kebahagiaan bagi orang
lain. Amien.
Mungkin
bagi sebagian orang untuk menjadi bahagia itu sulit, tapi menurut saya untuk
bahagia itu sederhana. Untuk bahagia kita tidak harus mempunyai uang dan mobil
banyak, karena apabila untuk bahagia kita harus mempunyai uang dan mobil yang
banyak maka bahagia hanya akan menjadi milik orang kaya saja. Kasian orang
miskin bos, seolah orang miskin dilarang untuk bahagia. Untuk bahagia juga
tidak harus mempunyai pasangan hidup (pacar, istri, selingkuhan, dll), karena
apabila bahagia hanya akan datang pada mereka yang berpasangan, lantas
bagaimana nasibnya para jomblo?. Untuk bahagia juga tidak harus mempunyai
segalanya, karena apabila untuk bahagia kita harus menunggu sampai kita mempunyai
semuanya, terus kapan kita bahagianya? Lama bro. Sekali lagi menurut saya
Bahagia itu sederhana, bahagia cukup dengan mejadi pribadi yang
‘membahagiakan’.
Tuhan
sang pemilik kebahagiaan tentu akan senang apabila melihat kita bahagia dan
sekaligus membahagiakan orang lain. Berbagi kebahagiaan itu indah, karena
dengan berbagi akan mengajarkan kepada kita tentang kebersyukuran,
menghancurkan tembok-tembok kesombongan, dan merobohkan tiang-tiang
keserakahan. Semoga kita dapat menjadi ‘virus-virus’ pembawa kebahagiaan. Salam
bahagia.