Hidup terlalu singkat jika hanya menyesal. Hidup hanya sekali, Namun jika digunakan dengan baik, sekali saja sudah cukup.

Monday, 20 May 2013

"MENYIKAPI KEADAAN SULIT"

05:30 Posted by dhiny dewantara
Kehidupan ini ibarat dua sisi mata uang, terkadang dia lunak namun terkadang juga keras laksana batu. Kehidupan yang keras tersebut memaksa kita untuk dapat menerima sebuah realita, realita berupa “kesulitan hidup”. Sebuah realita yang terasa berat untuk dihadapi. Sebuah realita yang terkadang membuat kita terpuruk dan menjauh dari kebahagiaan. Berat memang, namun apakah kita akan menyerah begitu saja tampa adanya sebuah usaha? Apakah kita akan membiarkan kebahagiaan kita tersita oleh ketidakberdayaan untuk menyikapi sebuah kesulitan? Semua bergantung pada pilihan kita, pilihan dimana kita akan mebiarkan diri kita larut dan tenggelam dalam kesulitan ataukah kita akan bangkit dan menciptakan harapan. Pada dasarnya yang terjadi bukanlah ketidakberdayaan melainkan ketidakmauan, karena akan selalu ada harapan untuk sebuah usaha. Dan kebahagiaan akan senantiasa datang pada orang yang mempunyai harapan dan mau berusaha mencapainya.
            Terlepas dari kesulitan apapun yang kita hadapi dalam hidup ini, pada dasarnya dari segala usaha yang kita lakukan bermuara pada satu hal yaitu sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan akan membuat hidup kita lebih sempurna, dan kebahagiaan akan membuat hidup ini terasa lebih berarti. Sehingga cara bijak agar diri kita terlepas dari sebuah kesulitan hidup adalah dengan menciptakan kebahagiaan. Lantas, bagaimana kita dapat menciptakan kebahagiaan? Pada hakikatnya, kebahagiaan adalah sebuah pilihan, dan setiap orang mempunyai cara dan jalan masing-masing untuk mencapainya.
Kehidupan yang bahagia ditandai dengan ketiadaan rasa takut dan kesedihan hati. Namun hampir sudah dapat dipastikan tidak ada satupun  manusia di dunia ini yang tidak pernah merasakan takut dan sedih. Keduanya adalah bagian dari karakter manusia. Hal tersebut dikarenakan manusia dianugerahi kemampuan untuk mengenang masa lalu dan merencanakan masa depan. Sebuah kemampuan yang membuatnya berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Kemampuan untuk mengenang masa lalu terkadang membuat manusia merasa takut dan sedih yang mendalam, sehingga dapat berujung pada sebuah trauma. Kemudian kemampuannya untuk dapat merencanakan masa depan terkadang membuatnya cemas (anxiety), atas segala ketidak pastian masa depannya. Karena sifatnya yang rentan terhadap manusia, bukan berarti hal tersebut akan membuat  kita selalu diselimuti perasaan takut dan sedih yang kemudian membuat kita jauh dari kebahagiaan. Hal ini tergantung dari bagaimana kita membangun cara berpikir dan cara pandang kita.
            Terkadang kesedihan dan ketakutan yang berlebihan dalam menghadapi kesulitan, membuat kita hanya terpaku pada sebuah penderitaan. Hal ini membuat kita semakin merasa terpuruk, tak berdaya, dan habis. Membuat kita menjadi semakin jauh dari rasa syukur. Sehingga cara bijak agar kita dapat terhindar dari sebuah kesedihan dan ketakutan dalam menghadapi kesulitan adalah dengan berpikir untuk menemukan kebaikan dan nikmat yang mungkin lebih besar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Dengan demikian, kita tidak akan mempersoalkan penderitaan, lalu terhindar dari menyalahkan tuhan. Intinya adalah bagaimana kita merubah sudut pandang kita sehingga sebuah kesulitan tidak akan berujung pada sebuah penderitaan.
            Merubah sudut pandang tidak hanya dilakukan dengan menemukan kebaikan dan nikmat yang lebih besar dari kesulitan yang dihadapi. Namun, kita juga harus merubah cara pandang kita terhadap kesulitan itu sendiri. Selama ini selalu ada anggapan bahwa setiap kesulitan akan bermuara pada sebuah penderitaan, maka kita harus merubahnya, bahwa dibalik kesulitan pasti ada harapan dan kebermanfaatan. Keberhasilan kita dalam menghadapi sebuah kesulitan hidup juga sangat bergantung dari bagaimana cara kita menerima kesulitan itu sendiri. Apakah kita akan menerimanya dengan kelapangan hati ataukah justru dengan hati yang sempit. Hati manusia ibarat wadah sedangkan kesedihan atas kesulitan adalah satu bagian dari isinya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kebahagiaan. Ibarat kata garam segenggam akan dapat membuat rasa air segelas menjadi asin, namun garam segenggam tidak akan mampu merubah rasa air setelaga menjadi asin. Demikian apabila hati kita dibuat seluas samudera maka kesulitan yang dihadapi akan terasa kecil dan mudah untuk dihadapi. Kemampuan menerima ini juga akan membentuk kita menjadi pribadi yang penuh keleluasaan dan keihklasan sehingga akan membuat hati kita menjadi lebih tenang dan tentram.

0 Comments
0 Comments
Comments